SAJAK BEBAS
Puisi Acep Syahril
Sajak ini sejak lama telah kehilangan nilai
puitika estetika dan sublimatika sebab dengan
nilai-nilai keindahan dan kehalus-lembutan
tidaklah menjadikan seseorang seperti penguasa
penindas dan koruptor akan tersentuh hatinya
apalagi merasa malu dan introspeksi sebaliknya
akan membuat mereka ambisi untuk menindas
menghidup-suburkan pencuri jadi inilah sajak
terang benderang seperti bendera dikibas angin
di udara terbuka merdeka sajak tanpa tawar
menawar bebas dan sebebas-bebasnya memilih kata
tidak seperti kalian yang memilih cara
bergaya demi mengelabui diri sendiri atau
orang lain untuk menutupi kebodohan kebobrokan
nilai pribadi yang telah menghisap-sedot-habisi
darah rakyat sendiri
inilah sajak bebas tanpa alamat surat pedas untuk
para penghianat yang tidak akan pernah hilang tujuan
Yogyakarta, Indramayu
SETELAH PERJUMPAAN INI
bersama thukul dan leak
Puisi Acep Syahril
Setelah perjumpaan ini aku tak tau seberapa
lama lagi kau bisa mencium aroma matahari selain
wangi popor senjata atau amis sepatu serdadu wagu
yang tak mengerti cara bersenda
setelah pertemuan ini aku tak tau seberapa lama
lagi kau bisa mencium aroma bintang-bintang
selain amis keringat pecundang atau bau busuk
nafas mata-mata yang mengendap-endap di sekitar
persembunyian kita kawan setelah perjumpaan ini
aku tak tau seberapa lama lagi kau bisa mencium
aroma bulan selain pantul cahaya 500 watt
di ruang proses cuci otak berukuran 2 x 2 meter
dengan kata-kata jorok yang berlompatan dari
mulut busuk introgator kelas teri dan memotong-
motong 70 juta sel syaraf di kepalamu setelah
perjumpaan ini aku tak tau seberapa lama lagi
kau bisa menyentuh anak dan membenamkan diri
di tubuh isrimu selain bau kedzaliman potongan
urat nadi suntik mati amunisi yang menembus
tengkorak kepalamu atau krematorium nyanyian babi
Setelah perjumpaan ini aku tak tau
bagaimana nasibmu kawan
solo – jakarta, indramayu
SURAT CINTA DARI SANGKAKALA
Puisi Acep Syahril
Ya Allah
telah kami terima surat cintamu
tertanggal hari ini yang dikirim peniup
seruling sejati diantara kealfaan dan
keasyik masyukkan kami surat cinta yang
engkau tulis dengan tinta biru sebagai
tanda kasih dan maha sayangmu surat cinta
yang begitu panjang menegangkan yang engkau
tulis tak sampai dalam satu tarikan nafas
membuat kami terus menangis terisak tersedu
membaca gugusan kata-kata hancur berserak dengan
tubuh dan nyawa terlunta-lunta
Surat cinta yang bercerita tentang tanah darat
laut udara sebagai ungkapan rindumu yang membuat
kami malu kami tau inilah surat cintamu yang
telah engkau janjikan itu dan telah kami terima
saat mata hati dan perasaan kami menjauh fana
Ya Allah
inikah surat cintamu dengan segala
keputusan yang harus kami terima selain bencana
korupsi yang nyaris membuat kami hilang akal
dan putus asa surat cinta yang kertasnya
lembab di tangan kesedihan tak berkira dengan
torehan luka maha dalam
surat cinta yang bercerita tentang hujan dan panas
surat cinta yang bercerita tentang air berwajah
beringas dengan lidah api dari laut lepas surat
cinta yang bercerita tentang angkasa dan
burung-burung meranggas
surat cinta yang bercerita tentang pohon-pohon
dan akar yang dikelupas
surat cinta yang bercerita tentang tanah pasir
dan lendir panas
surat cinta yang bercerita tentang tanah
rumah dan nyawa yang hilang nafas
Ya Allah
inikah surat cintamu yang penuh cemburu itu
yang dikirim peniup seruling sejatimu
disaat kami lupa mengingat dan merayumu
surat cinta yang memang sepatutnya kami terima
sebagai bukti bahwa kau benar-benar maha
mencintai sementara kami berpaling dari kemaha
asih dan sayangmu
Ya Allah
maafkanlah kami yang telah berselingkuh dari
kemaha setiaanmu dan berpaling ke cinta yang
tak kau ridhoi dengan menabur fitnah hasut dan
saling ingin menguasai tanah sekerabat sedarah
seurat tanah yang kau ciptabentang tegakkan urat
yang kau sebarsuburkan dan darah yang kau
alirhidupkan telah kami
rusak dengan saling mencacah menumbuk
penuh takabur dengan kekuatan
kerakusan dan keserakahan
tapi kini apa yang kami cintai itu telah
engkau ratakan dengan tanah harta tahta
dan dunia berubah runta darah daging dan tulang
membusuk dimana-mana
Sekarang kami tak tau di mana ayah di mana
ibu di mana anak di mana adik di mana kakak
di mana ipar di mana keponakan di mana
saudara famili kerabat dan handai tauland
di mana di mana di mana yatim kan kami titipkan
Ya Allah
hari ini kami baru sadar akan jalan pulang
setelah membaca surat cintamu yang panjang
menegangkan surat cinta yang mengingatkan kami
untuk bertandang menemu cahya menemu gulita
menemu alfa menemu cinta
Surat cinta yang mengajarkan kami untuk
pulang ke bilik ke latifa ke bilik ke sadik
ke bilik baqa
ya Allah
ampunilah kami hamba-hambamu yang tak punya
malu ini ampunilah ampunilah ampunilah kami
ya Allah
Indramayu
Selasa, 28 Juni 2016
Puisi W.S Rendra
SAJAK SEBOTOL BIR
Oleh W.S. Rendra
Menenggak bir sebotol,
menatap dunia,
dan melihat orang-orang kelaparan.
Membakar dupa,
mencium bumi,
dan mendengar derap huru-hara.
Hiburan kota besar dalam semalam,
sama dengan biaya pembangunan sepuluh desa !
Peradaban apakah yang kita pertahankan ?
Mengapa kita membangun kota metropolitan ?
dan alpa terhadap peradaban di desa ?
Kenapa pembangunan menjurus kepada penumpukan,
dan tidak kepada pengedaran ?
Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari industri,
Tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam
Kota metropolitan di sini,
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika,
Australia, dan negara industri lainnya.
Dimanakah jalan lalu lintas yang dulu ?
Yang neghubungkan desa-desa dengan desa-desa ?
Kini telah terlantarkan.
Menjadi selokan atau kubangan.
Jalanlalu lintas masa kini,
mewarisi pola rencana penjajah tempo dulu,
adalah alat penyaluran barang-barang asing dari
pelabuhan ke kabupaten-kabupaten dan
bahan alam dari kabupaten-kabupaten ke pelabuhan.
Jalan lalu lintas yang diciptakan khusus,
tidak untuk petani,
tetapi untuk pedagang perantara dan cukong-cukong.
Kini hanyut di dalam arus peradaban yang tidak kita kuasai.
Di mana kita hanya mampu berak dan makan,
tanpa ada daya untuk menciptakan.
Apakah kita akan berhenti saampai di sini ?
Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri ?
Apakah kita bermimpi untuk punya pabrik-pabrik
yang tidak berhenti-hentinya menghasilkan……..
harus senantiasa menghasilkan….
Dan akhirnya memaksa negara lain
untuk menjadi pasaran barang-barang kita ?
.....................
Apakah pilihan lain dari industri hanya pariwisata ?
Apakah pemikiran ekonomi kita
hanya menetek pada komunisme dan kapitalisme ?
Kenapa lingkungan kita sendiri tidak dikira ?
Apakah kita akan hanyut saja
di dalam kekuatan penumpukan
yang menyebarkan pencemaran dan penggerogosan
terhadap alam di luar dan alam di dalam diri manusia ?
......................
Kita telah dikuasai satu mimpi
untuk menjadi orang lain.
Kita telah menjadi asing
di tanah leluhur sendiri.
Orang-orang desa blingsatan, mengejar mimpi,
dan menghamba ke Jakarta.
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar mimpi
dan menghamba kepada Jepang,
Eropa, atau Amerika.
Pejambon, 23 Juni 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Oleh W.S. Rendra
Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya :
“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba.
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari
matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
SAJAK TANGAN
Oleh W.S. Rendra
Inilah tangan seorang mahasiswa,
tingkat sarjana muda.
Tanganku. Astaga.
Tanganku menggapai,
yang terpegang anderox hostes berumbai,
Aku bego. Tanganku lunglai.
Tanganku mengetuk pintu,
tak ada jawaban.
Aku tendang pintu,
pintu terbuka.
Di balik pintu ada lagi pintu.
Dan selalu :
ada tulisan jam bicara
yang singkat batasnya.
Aku masukkan tangan-tanganku ke celana
dan aku keluar mengembara.
Aku ditelan Indonesia Raya.
Tangan di dalam kehidupan
muncul di depanku.
Tanganku aku sodorkan.
Nampak asing di antara tangan beribu.
Aku bimbang akan masa depanku.
Tangan petani yang berlumpur,
tangan nelayan yang bergaram,
aku jabat dalam tanganku.
Tangan mereka penuh pergulatan
Tangan-tangan yang menghasilkan.
Tanganku yang gamang
tidak memecahkan persoalan.
Tangan cukong,
tangan pejabat,
gemuk, luwes, dan sangat kuat.
Tanganku yang gamang dicurigai,
disikat.
Tanganku mengepal.
Ketika terbuka menjadi cakar.
Aku meraih ke arah delapan penjuru.
Di setiap meja kantor
bercokol tentara atau orang tua.
Di desa-desa
para petani hanya buruh tuan tanah.
Di pantai-pantai
para nelayan tidak punya kapal.
Perdagangan berjalan tanpa swadaya.
Politik hanya mengabdi pada cuaca…..
Tanganku mengepal.
Tetapi tembok batu didepanku.
Hidupku tanpa masa depan.
Kini aku kantongi tanganku.
Aku berjalan mengembara.
Aku akan menulis kata-kata kotor
di meja rektor
TIM, 3 Juli 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
Oleh W.S. Rendra
Menenggak bir sebotol,
menatap dunia,
dan melihat orang-orang kelaparan.
Membakar dupa,
mencium bumi,
dan mendengar derap huru-hara.
Hiburan kota besar dalam semalam,
sama dengan biaya pembangunan sepuluh desa !
Peradaban apakah yang kita pertahankan ?
Mengapa kita membangun kota metropolitan ?
dan alpa terhadap peradaban di desa ?
Kenapa pembangunan menjurus kepada penumpukan,
dan tidak kepada pengedaran ?
Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari industri,
Tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri asing
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam
Kota metropolitan di sini,
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika,
Australia, dan negara industri lainnya.
Dimanakah jalan lalu lintas yang dulu ?
Yang neghubungkan desa-desa dengan desa-desa ?
Kini telah terlantarkan.
Menjadi selokan atau kubangan.
Jalanlalu lintas masa kini,
mewarisi pola rencana penjajah tempo dulu,
adalah alat penyaluran barang-barang asing dari
pelabuhan ke kabupaten-kabupaten dan
bahan alam dari kabupaten-kabupaten ke pelabuhan.
Jalan lalu lintas yang diciptakan khusus,
tidak untuk petani,
tetapi untuk pedagang perantara dan cukong-cukong.
Kini hanyut di dalam arus peradaban yang tidak kita kuasai.
Di mana kita hanya mampu berak dan makan,
tanpa ada daya untuk menciptakan.
Apakah kita akan berhenti saampai di sini ?
Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri ?
Apakah kita bermimpi untuk punya pabrik-pabrik
yang tidak berhenti-hentinya menghasilkan……..
harus senantiasa menghasilkan….
Dan akhirnya memaksa negara lain
untuk menjadi pasaran barang-barang kita ?
.....................
Apakah pilihan lain dari industri hanya pariwisata ?
Apakah pemikiran ekonomi kita
hanya menetek pada komunisme dan kapitalisme ?
Kenapa lingkungan kita sendiri tidak dikira ?
Apakah kita akan hanyut saja
di dalam kekuatan penumpukan
yang menyebarkan pencemaran dan penggerogosan
terhadap alam di luar dan alam di dalam diri manusia ?
......................
Kita telah dikuasai satu mimpi
untuk menjadi orang lain.
Kita telah menjadi asing
di tanah leluhur sendiri.
Orang-orang desa blingsatan, mengejar mimpi,
dan menghamba ke Jakarta.
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar mimpi
dan menghamba kepada Jepang,
Eropa, atau Amerika.
Pejambon, 23 Juni 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Oleh W.S. Rendra
Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya :
“Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba.
Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari
matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai
menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita
berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
SAJAK TANGAN
Oleh W.S. Rendra
Inilah tangan seorang mahasiswa,
tingkat sarjana muda.
Tanganku. Astaga.
Tanganku menggapai,
yang terpegang anderox hostes berumbai,
Aku bego. Tanganku lunglai.
Tanganku mengetuk pintu,
tak ada jawaban.
Aku tendang pintu,
pintu terbuka.
Di balik pintu ada lagi pintu.
Dan selalu :
ada tulisan jam bicara
yang singkat batasnya.
Aku masukkan tangan-tanganku ke celana
dan aku keluar mengembara.
Aku ditelan Indonesia Raya.
Tangan di dalam kehidupan
muncul di depanku.
Tanganku aku sodorkan.
Nampak asing di antara tangan beribu.
Aku bimbang akan masa depanku.
Tangan petani yang berlumpur,
tangan nelayan yang bergaram,
aku jabat dalam tanganku.
Tangan mereka penuh pergulatan
Tangan-tangan yang menghasilkan.
Tanganku yang gamang
tidak memecahkan persoalan.
Tangan cukong,
tangan pejabat,
gemuk, luwes, dan sangat kuat.
Tanganku yang gamang dicurigai,
disikat.
Tanganku mengepal.
Ketika terbuka menjadi cakar.
Aku meraih ke arah delapan penjuru.
Di setiap meja kantor
bercokol tentara atau orang tua.
Di desa-desa
para petani hanya buruh tuan tanah.
Di pantai-pantai
para nelayan tidak punya kapal.
Perdagangan berjalan tanpa swadaya.
Politik hanya mengabdi pada cuaca…..
Tanganku mengepal.
Tetapi tembok batu didepanku.
Hidupku tanpa masa depan.
Kini aku kantongi tanganku.
Aku berjalan mengembara.
Aku akan menulis kata-kata kotor
di meja rektor
TIM, 3 Juli 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
Puisi Harapan
MENUNGGUMU KEMBALI
Oleh Melinda Rosis
Balutan rasa di dada ini belum pernah tercium hati orang
Masih tertutup rapi menunggu orang yang dinanti
Taukah jika,
Menunggu itu membosankan
Terus bertahan untuk berharap kau melintas di hati ini
Mengetuk pintu lagi seperti dulu
Aku hanya ingin kamu kembali datang
Bukan hanya mengetuk pintu lantas berlalu
Maaf, dulu aku terlalu lama memandangmu
Itu karena terkesima akan pesona yang sempat menjerat
Sampai tangan ini kaku untuk membuka daun pintu
Ternyata kau berfikir tiada penghuni lalu bergegas pergi
Aku belum sempat membukanya untukmu
Mengapa kau berlalu begitu cepat?
Ingin ku ucap satu dua kata untukmu
Pabila kau pergi untuk kembali, ketuklah pintu hati
Aku pasti membukanya tanpa ragu
UNTUKMU, ANAKKU
Oleh Titien Setyarini
Seperti daun-daun yang meninggalkan dahannya,
Seperti anak burung, berterbangan meninggalkan sarangnya,
Seperti kacang terlepas dari kulitnya
Seperti senja meninggalkan pantai
Seperti hujan yang mengulas kenangan
Seperti perasaanku, menemanimu tumbuh dewasa
Seperti perasaanku, melihatmu yang bukan lagi menjadi milikku
Seperti hari ini, ketika harus melihatmu pergi
Pergilah,
Temukan jati dirimu
Pergilah,
Buatlah garis tanganmu sendiri
Pergilah,
Selagi engkau bisa
Tak apa,
Aku akan selalu di sini, menantimu
Menyambut dengan pelukan hangat
Menyambutmu dengan suka
Hanya untukmu, anakku
HUJAN DALAM DIAM
Oleh Nila Fausa
Dingin....
Hujan ini menyisakan isak yang tersendat
Bersama diam yang kian menyayat
Tanpa kamu tanpa sahabat
Hanya percik percik air yang berirama
Hujan rinaimu bisu
Menenggalamkanku dalam seribu tanya
Yang belum terjawab
Hanya mampu diam tak bergeming
Lirih harapku pada-Mu
Menyibak segala beban yang menghujam
Dalam hujan..........
Dalam diam...........
LANGIT BIRU
Oleh Susi Fajarwati Pasaribu
Langit biru…
Apa kabarmu hari ini?
Masihkan kau simpan sejuta asa dalam keheningan.
Atau masihkan kau menjadi sajak tanpa makna disana.
Langit biru.
Ingin sedikit ku sapa kau lewat khiasan
Bercengkrama lalu bercanda dalam irama.
Irama yang tak tentu arah dan tujuan.
Namun punya makna dalam untuk kita.
Langit biru.
Jangan hanya diam lalu pergi tanpa jejak.
Beri sedikit sapaan lembut dan senyum semangat mu.
Agar ku tahu hari ini tidak seburuk kemarin .
Bilakah pinta ini kan terjawab?
Semoga.
Oleh Melinda Rosis
Balutan rasa di dada ini belum pernah tercium hati orang
Masih tertutup rapi menunggu orang yang dinanti
Taukah jika,
Menunggu itu membosankan
Terus bertahan untuk berharap kau melintas di hati ini
Mengetuk pintu lagi seperti dulu
Aku hanya ingin kamu kembali datang
Bukan hanya mengetuk pintu lantas berlalu
Maaf, dulu aku terlalu lama memandangmu
Itu karena terkesima akan pesona yang sempat menjerat
Sampai tangan ini kaku untuk membuka daun pintu
Ternyata kau berfikir tiada penghuni lalu bergegas pergi
Aku belum sempat membukanya untukmu
Mengapa kau berlalu begitu cepat?
Ingin ku ucap satu dua kata untukmu
Pabila kau pergi untuk kembali, ketuklah pintu hati
Aku pasti membukanya tanpa ragu
UNTUKMU, ANAKKU
Oleh Titien Setyarini
Seperti daun-daun yang meninggalkan dahannya,
Seperti anak burung, berterbangan meninggalkan sarangnya,
Seperti kacang terlepas dari kulitnya
Seperti senja meninggalkan pantai
Seperti hujan yang mengulas kenangan
Seperti perasaanku, menemanimu tumbuh dewasa
Seperti perasaanku, melihatmu yang bukan lagi menjadi milikku
Seperti hari ini, ketika harus melihatmu pergi
Pergilah,
Temukan jati dirimu
Pergilah,
Buatlah garis tanganmu sendiri
Pergilah,
Selagi engkau bisa
Tak apa,
Aku akan selalu di sini, menantimu
Menyambut dengan pelukan hangat
Menyambutmu dengan suka
Hanya untukmu, anakku
HUJAN DALAM DIAM
Oleh Nila Fausa
Dingin....
Hujan ini menyisakan isak yang tersendat
Bersama diam yang kian menyayat
Tanpa kamu tanpa sahabat
Hanya percik percik air yang berirama
Hujan rinaimu bisu
Menenggalamkanku dalam seribu tanya
Yang belum terjawab
Hanya mampu diam tak bergeming
Lirih harapku pada-Mu
Menyibak segala beban yang menghujam
Dalam hujan..........
Dalam diam...........
LANGIT BIRU
Oleh Susi Fajarwati Pasaribu
Langit biru…
Apa kabarmu hari ini?
Masihkan kau simpan sejuta asa dalam keheningan.
Atau masihkan kau menjadi sajak tanpa makna disana.
Langit biru.
Ingin sedikit ku sapa kau lewat khiasan
Bercengkrama lalu bercanda dalam irama.
Irama yang tak tentu arah dan tujuan.
Namun punya makna dalam untuk kita.
Langit biru.
Jangan hanya diam lalu pergi tanpa jejak.
Beri sedikit sapaan lembut dan senyum semangat mu.
Agar ku tahu hari ini tidak seburuk kemarin .
Bilakah pinta ini kan terjawab?
Semoga.
Senin, 27 Juni 2016
Puisi Religi
SAJAK UNTUK TUHAN
Oleh Diana Ervin I
Tuhan
Tangan ku pernah tertancap banyak duri mawar
Yang ku petik di taman kota saat ia bermekaran
Aku masih terlalu kecil waktu itu
Hingga yang Kau dengar hanya tangisan kecewa dari mulutku
Lalu ku pupuk kebencian kepada semua bunga indah berduri
Mana aku tahu, Kau ingin berbicara kepada ku lewat luka
Tuhan
Jari lentik ku pernah terbakar lilin kecil
Yang ku nyalakan di saat gulita menyergap
Ia membakar jariku sewaktu aku melindungi nyala api-nya
Aku masih terlalu kecil waktu itu
Hingga yang Kau dengar hanya erangan jengkel dari mulutku
Lalu kusemikan dendam kepada setiap pelita
Mana aku tahu, Kau ingin berbicara kepada ku lewat api yang menyala
Tuhan
Tubuh ku pernah dipenuhi lebam akibat terperosok bersama bebatuan
Di ujung jalanan aspal yang berlumuran pasir keras ini
Menganga sebuah jurang
Aku masih terlalu kecil saat itu
Hingga yang Kau dengar hanya kemurkaan dari mulutku
Lalu kuabadikan amarah kepada setiap kelokan
Mana aku tahu, Kau ingin berbicara kepada ku lewat kerikil jalanan
SUNYI DALAM DO'A
Oleh Rudi Rahman
Kesunyian melanda kalbu yang membeku
Malam terasa beku tanpa deru
Diam merana beradu dengan ingatan masa lalu
Hanya rintihan hujan terdengar sendu
Rindu kalbu menggugah jiwa
Teringat selalu pada yang Kuasa
Buat menuju ke pintu surga
Aku hanya makhluk biasa
yang tak pernah alpa dari nista
Nuansa malam merambat naik
Mengantar gerimis ke ambang senyap
Seiring do'a yang kupanjat
Mengharap datang sebuah rahmat
Kesunyian tiada kosong dan hampa
Karena jiwa menghadap yang Kuasa
Mendapat nikmat tiada tara
Saat jiwa meninggalkan duka
DO'A DAN HARAPAN
Oleh Mochammad Zehhan Adam
Malam-malam ku yang kelabu selalu dipenuhi dengan doa ,
Diselimuti oleh ayat-ayat penyejuk hati
Sampai pagi mejemput doa itu takaan pernah putus
Berharap petunjuk yang mulia sampai berujung bahagia
Walau masih jauh dari bahagia, daku kan kejar selalu selagi masih ada waktu
Sejuk hati dan jiwa ini jikalau daku mengingat-nya
Dikala gundah datang merobek sepi sampai denyut nadi terasa terhenti
Sering kali daku terpaku oleh kuasanya yang membuat pipi ini dipenuhi dengan derai air mata
Apa daya daku hanyalah ciptaan-mu, yang kotor dan diselimuti banyak dosa
Tuntun lah daku selalu dijalan mu, jalan lurus yg telah kau tentuntukan
Maaf beribu maaf selalu terucap, atas segala salah dan penyesalan yang pernah terjadi
Malam kian sunyi, namun bibir ini tak henti-hentinya merintikan bait demi bait penenang hati, semoga kan selalu ada yang menerangi sisi gelap ini ...
Oleh Diana Ervin I
Tuhan
Tangan ku pernah tertancap banyak duri mawar
Yang ku petik di taman kota saat ia bermekaran
Aku masih terlalu kecil waktu itu
Hingga yang Kau dengar hanya tangisan kecewa dari mulutku
Lalu ku pupuk kebencian kepada semua bunga indah berduri
Mana aku tahu, Kau ingin berbicara kepada ku lewat luka
Tuhan
Jari lentik ku pernah terbakar lilin kecil
Yang ku nyalakan di saat gulita menyergap
Ia membakar jariku sewaktu aku melindungi nyala api-nya
Aku masih terlalu kecil waktu itu
Hingga yang Kau dengar hanya erangan jengkel dari mulutku
Lalu kusemikan dendam kepada setiap pelita
Mana aku tahu, Kau ingin berbicara kepada ku lewat api yang menyala
Tuhan
Tubuh ku pernah dipenuhi lebam akibat terperosok bersama bebatuan
Di ujung jalanan aspal yang berlumuran pasir keras ini
Menganga sebuah jurang
Aku masih terlalu kecil saat itu
Hingga yang Kau dengar hanya kemurkaan dari mulutku
Lalu kuabadikan amarah kepada setiap kelokan
Mana aku tahu, Kau ingin berbicara kepada ku lewat kerikil jalanan
SUNYI DALAM DO'A
Oleh Rudi Rahman
Kesunyian melanda kalbu yang membeku
Malam terasa beku tanpa deru
Diam merana beradu dengan ingatan masa lalu
Hanya rintihan hujan terdengar sendu
Rindu kalbu menggugah jiwa
Teringat selalu pada yang Kuasa
Buat menuju ke pintu surga
Aku hanya makhluk biasa
yang tak pernah alpa dari nista
Nuansa malam merambat naik
Mengantar gerimis ke ambang senyap
Seiring do'a yang kupanjat
Mengharap datang sebuah rahmat
Kesunyian tiada kosong dan hampa
Karena jiwa menghadap yang Kuasa
Mendapat nikmat tiada tara
Saat jiwa meninggalkan duka
DO'A DAN HARAPAN
Oleh Mochammad Zehhan Adam
Malam-malam ku yang kelabu selalu dipenuhi dengan doa ,
Diselimuti oleh ayat-ayat penyejuk hati
Sampai pagi mejemput doa itu takaan pernah putus
Berharap petunjuk yang mulia sampai berujung bahagia
Walau masih jauh dari bahagia, daku kan kejar selalu selagi masih ada waktu
Sejuk hati dan jiwa ini jikalau daku mengingat-nya
Dikala gundah datang merobek sepi sampai denyut nadi terasa terhenti
Sering kali daku terpaku oleh kuasanya yang membuat pipi ini dipenuhi dengan derai air mata
Apa daya daku hanyalah ciptaan-mu, yang kotor dan diselimuti banyak dosa
Tuntun lah daku selalu dijalan mu, jalan lurus yg telah kau tentuntukan
Maaf beribu maaf selalu terucap, atas segala salah dan penyesalan yang pernah terjadi
Malam kian sunyi, namun bibir ini tak henti-hentinya merintikan bait demi bait penenang hati, semoga kan selalu ada yang menerangi sisi gelap ini ...
Puisi Ayah
AYAH
Oleh Siti Mukhayaroh
Untuk orang tua tercinta ayah
Di saat ku memejamkan mata ...............
Tampak kesunyian dan keheningan yang kurasa
Tapi.......
Si satu titik, di ujung tanpa tepi...ku lihat
Sebutircahaya...
Mendekat, terang ,,,,semakin mendekat.... Hingga saat sepi ku tak lagi sendiri...
Semakin dekat ....ku lihat langkah kaki rentah ada
Dihadapanku
Satu demi satu ku lihat langkah kaki yang
Semakinmembuatku tenang
Dari jauh ....................
Ku lihat wajah sinarmu...............
Saatku masih terpejam
Belaian lembut menyentu kalbu...
Belaian kasih tangan yang rapuh..
AYAH MAAFKAN AKU
Oleh Karmila
AYAH...
Begitu banyak kekecewaan yang ku perbuat..
Begitu banyak Tangisanmu atas kehilafanku,,
Begitu banyak Dosa yang ku buat karena Sikapku ..
AYAH ..
Kini engkau telah Tiada ..
Begitu sedih dan begitu Merasa Kehilanganmu ..
Aku sadar bahwa diriku begitu bodoh karena sudah menyia-nyiakanmu ..
AYAH ...
Maafkan aku atas semua perbuatanku..
Maafkan aku Jika aku sudah membuat engkau menetskan Air Mata..
KINI..
Aku telah sadar bagaimana rasanya telah kehilanganmu ..
Aku sungguh kecewa dan Menyesal ,,,,
AYAH...
MAAFKAN ANAKMU ...
AKU RINDU AYAH
Oleh Enok Iyi Kodariah
Ayah
Semua kini tak lagi sama
Tak lagi bisa kembali
Dimana aku akan dapat melihat lagi sosok sepertimu ayah
Dimana aku akan dapat berjumpa denganmu lagi ayah
Dimana aku akan dapat menemukanmu
Aku rindu ayah
Aku ingin disetiap ku membuka mata
Aku akan menemukan satu kesempatan
Berharap kau akan datang menyapa pagiku
Berharap aku akan dapat merasakan belai hangat kasihmu
Aku rindu ayah
AYAH SELALU DIHATI
Oleh Rosanti
Ayah kau selalu dihati
Ku sangat ingin bertemu
Walau hanya di dalam mimpi
Ayah kau selalu dihati
Ku tak akan bisa berdiri
Tanpa ayah yang menyemangati
Ayah kau selalu dihati
Rindu ku padamu
Sampai aku pun mati
Ayah kau selalu dihati
Ku ingin kau hadir sa'at ini
Menemani ku dalam sepi
Ayah kau selalu dihati
Meskipun kau telah pergi
Meninggalkan ku
Dalam kejamnya hidup dunia ini
Oleh Siti Mukhayaroh
Untuk orang tua tercinta ayah
Di saat ku memejamkan mata ...............
Tampak kesunyian dan keheningan yang kurasa
Tapi.......
Si satu titik, di ujung tanpa tepi...ku lihat
Sebutircahaya...
Mendekat, terang ,,,,semakin mendekat.... Hingga saat sepi ku tak lagi sendiri...
Semakin dekat ....ku lihat langkah kaki rentah ada
Dihadapanku
Satu demi satu ku lihat langkah kaki yang
Semakinmembuatku tenang
Dari jauh ....................
Ku lihat wajah sinarmu...............
Saatku masih terpejam
Belaian lembut menyentu kalbu...
Belaian kasih tangan yang rapuh..
AYAH MAAFKAN AKU
Oleh Karmila
AYAH...
Begitu banyak kekecewaan yang ku perbuat..
Begitu banyak Tangisanmu atas kehilafanku,,
Begitu banyak Dosa yang ku buat karena Sikapku ..
AYAH ..
Kini engkau telah Tiada ..
Begitu sedih dan begitu Merasa Kehilanganmu ..
Aku sadar bahwa diriku begitu bodoh karena sudah menyia-nyiakanmu ..
AYAH ...
Maafkan aku atas semua perbuatanku..
Maafkan aku Jika aku sudah membuat engkau menetskan Air Mata..
KINI..
Aku telah sadar bagaimana rasanya telah kehilanganmu ..
Aku sungguh kecewa dan Menyesal ,,,,
AYAH...
MAAFKAN ANAKMU ...
AKU RINDU AYAH
Oleh Enok Iyi Kodariah
Ayah
Semua kini tak lagi sama
Tak lagi bisa kembali
Dimana aku akan dapat melihat lagi sosok sepertimu ayah
Dimana aku akan dapat berjumpa denganmu lagi ayah
Dimana aku akan dapat menemukanmu
Aku rindu ayah
Aku ingin disetiap ku membuka mata
Aku akan menemukan satu kesempatan
Berharap kau akan datang menyapa pagiku
Berharap aku akan dapat merasakan belai hangat kasihmu
Aku rindu ayah
AYAH SELALU DIHATI
Oleh Rosanti
Ayah kau selalu dihati
Ku sangat ingin bertemu
Walau hanya di dalam mimpi
Ayah kau selalu dihati
Ku tak akan bisa berdiri
Tanpa ayah yang menyemangati
Ayah kau selalu dihati
Rindu ku padamu
Sampai aku pun mati
Ayah kau selalu dihati
Ku ingin kau hadir sa'at ini
Menemani ku dalam sepi
Ayah kau selalu dihati
Meskipun kau telah pergi
Meninggalkan ku
Dalam kejamnya hidup dunia ini
Puisi Kehidupan
Benak Kehidupan
Oleh Fatamorgana
Pemikiran yang dini terlalu picik untuk memahami Sebongkah dunia tempatku berpijak sekarang Menyadari sebuah kehidupan membuatku muak pada kelahiranku Karena bumi tidak pernah mengajarkanku bagaimana merasakannya Kasih sayang yang aku kecap hingga sekarang hanya mampu membuatku sekedar bernafas Bertahanpun aku kaku Menyadari apa yang telah merayap dalam hatiku Membuatku takut meninggalkan peran dalam sandiwara ini tawa kadang membuatku ingin tetap tinggal untuk selamanya Tetapi disaat aku menangis Aku kembali berdusta Keterbatasanku dalam berfikir dan beranjak melewati transisi Manisnya pena kehidupan ingin ku jamah untuk selamanya Agar setidaknya aku relakan bibirku tersenyum Agar aku tumbuhkan kepercayaan diri pada kalangan rendahku Bahwa tiada beda makhluk dihadapan Tuhan Aku ingin menutup mataku agar aku rasakan manisnya di dalam Dan kubuang pahit perlahan Beranjak meninggalkan gemuruhku yang tak pantas
Semerbak Kehidupan Oleh Ikhma J Semerbak mawar yang mewangi Merekah merah pesona bidadari Tertanam ayu di lapang yang biru Berpagar rumput, bersekat batu Ku raih setangkai mawar yg ranum, berpelihara pada kendi lawas Ku sentuh lembut kelopak bertangkai duri Terlena ku tertusuk; menjerit bisu sayang Ku berlalu, tak hiraukan masa yang membakar waktu dari hari ke hari Hingga ku terpana, meraba sisi yang kering dan layu Tak ada lagi semerbak melayang Mawar yg malang Tinggallah bangkai Tinggallah kenangan
BINGKAI KEHIDUPAN
Oleh Jowo Ostraly
Waktu tak terasa berjalan
Meninggalkan sejuta kenangan
Ada kesenangan, ada kesedihan
Semua telah hadir dalam alur kehidupan
Jangan kau sesali hari yang telah lalu
Jangan kau tangisi lembaran kelam kehidupanmu
Tapi bangkitlah menuju hari esok yang bahagia
Jalan masih luas terbentang
Masih ada waktu untuk membenahi diri
Dan jangan larut dalam keputuas asaan
Karena itu bukan tujuan hidup kita.
CERMIN KEHIDUPAN
Oleh Selvi Sasmanita Saputri
Berjalan
Menyusuri tebing - tebing dan jurang melewati jalan yang berliku
Bernapa
Menghirup udara yang tiada henti
Tanpa ada yang meminta ganti rugi
Berlari sekencang mungkin
Ketika yang kita harapkan tidak jadi kenyataan
Bosan
Ketika harus menuggu yang tidak pasti
Walaupun jalan begitu terjal
Demi mendapatkan kebahagiaan
Aku insan yang mencari kebahagiaan
dengan melewati lorong - lorong kehidupa
Oleh Fatamorgana
Pemikiran yang dini terlalu picik untuk memahami Sebongkah dunia tempatku berpijak sekarang Menyadari sebuah kehidupan membuatku muak pada kelahiranku Karena bumi tidak pernah mengajarkanku bagaimana merasakannya Kasih sayang yang aku kecap hingga sekarang hanya mampu membuatku sekedar bernafas Bertahanpun aku kaku Menyadari apa yang telah merayap dalam hatiku Membuatku takut meninggalkan peran dalam sandiwara ini tawa kadang membuatku ingin tetap tinggal untuk selamanya Tetapi disaat aku menangis Aku kembali berdusta Keterbatasanku dalam berfikir dan beranjak melewati transisi Manisnya pena kehidupan ingin ku jamah untuk selamanya Agar setidaknya aku relakan bibirku tersenyum Agar aku tumbuhkan kepercayaan diri pada kalangan rendahku Bahwa tiada beda makhluk dihadapan Tuhan Aku ingin menutup mataku agar aku rasakan manisnya di dalam Dan kubuang pahit perlahan Beranjak meninggalkan gemuruhku yang tak pantas
Semerbak Kehidupan Oleh Ikhma J Semerbak mawar yang mewangi Merekah merah pesona bidadari Tertanam ayu di lapang yang biru Berpagar rumput, bersekat batu Ku raih setangkai mawar yg ranum, berpelihara pada kendi lawas Ku sentuh lembut kelopak bertangkai duri Terlena ku tertusuk; menjerit bisu sayang Ku berlalu, tak hiraukan masa yang membakar waktu dari hari ke hari Hingga ku terpana, meraba sisi yang kering dan layu Tak ada lagi semerbak melayang Mawar yg malang Tinggallah bangkai Tinggallah kenangan
BINGKAI KEHIDUPAN
Oleh Jowo Ostraly
Waktu tak terasa berjalan
Meninggalkan sejuta kenangan
Ada kesenangan, ada kesedihan
Semua telah hadir dalam alur kehidupan
Jangan kau sesali hari yang telah lalu
Jangan kau tangisi lembaran kelam kehidupanmu
Tapi bangkitlah menuju hari esok yang bahagia
Jalan masih luas terbentang
Masih ada waktu untuk membenahi diri
Dan jangan larut dalam keputuas asaan
Karena itu bukan tujuan hidup kita.
CERMIN KEHIDUPAN
Oleh Selvi Sasmanita Saputri
Berjalan
Menyusuri tebing - tebing dan jurang melewati jalan yang berliku
Bernapa
Menghirup udara yang tiada henti
Tanpa ada yang meminta ganti rugi
Berlari sekencang mungkin
Ketika yang kita harapkan tidak jadi kenyataan
Bosan
Ketika harus menuggu yang tidak pasti
Walaupun jalan begitu terjal
Demi mendapatkan kebahagiaan
Aku insan yang mencari kebahagiaan
dengan melewati lorong - lorong kehidupa
Puisi Syukur
DENGAN RASA SYUKUR
Oleh Afni Salsabila Hafizah
Wahai cinta yang hakiki
Segala keresahan hati
Menghadapi cobaan yang datang bertubi-tubi
Kan ku tepis sekilat mungkin
Wahai cinta yang hakiki
Rindu yang kutautkan setiap sujud panjang
Membuatku tenang akan cahaya-Mu
Wahai cinta yang hakiki
Meski tak kusisakan tangis untuk tegarku
Kerinduan yang amat dahsyat
Telah hinggap di lubuk hati
Perih yang indah kurasakan
Wahai cinta yang hakiki
Ku kan terus berkawan doa
Setia patuhi ucap dan harap-Mu
Karena cinta-Mu seperti berlian yang bermandikan cahaya
Yang amat menakjubkan
Salam rinduku untuk-Mu Allah...
INDAH-NYA CIPTAAN-MU
Oleh R.A.G Tunjung Dewi
Begitu Agung-Nya diri-Mu menciptakan dunia
Dimana dapat merasakan keindahannya
Keindahan yang engkau ciptakan agar kita dapat melihat keagunganmu
Keagungan yang begitu sempurna
Pohon pohon dan bunga tertata rapi ditaman
Begitupun....
Gunung gunung yang menjulang tinggi menembus cakrawala
Hutan hutan yang kaya akan alam
Tumbuhan padi yang menghijau
Berhamparan disawah dan diladang
Sayur sayuran yang menghijau dikebun
Petani petaninya pun gembira
Menuai tumbuh tumbuhannya
Air terjun yang jauh dihutan
Begitu indah melewati sungai
Sungai yang jernih
Sehingga indah dipandang mata
SYUKUR
Oleh Sanit Adhy
Kepada Bulan ku lambaikan tangan,..
Telah menemaniku dalam impiku malam ini....
Telah menyelimutiku hingga kuterjaga di ini pagi,....
Kepada Fajar Ku ulurkan tangan,....
Masih mau memberikanku kesempatan di pagi ini menikmati sinarmu,...
Masih ingin Ku merasakah sengatanmu,..
Kepada Sang Khalik Ku ucapkan Syukur,.....
Karena Kau masih memberiku hariMu padaku,...
Karena Kau masih mempercayai aku menikmati udara pagiMu,...
Karena Kau masih menginginkan ku merasakan fajarMu,.......
Hanya syukur yang bisa ku persembahkan,...
Hanya pujian yang bisa ku utarakan,..
Hanya harap yang bisa ku mohonkan,......
Ku terlelap karena bulanMu,..
Ku terjaga karena FajarMu,...
Ku bernapas hanya karena CintaMu,...
Terima kasih, syukur dan harap untukMu Tuhan di pagi ini,........
Oleh Afni Salsabila Hafizah
Wahai cinta yang hakiki
Segala keresahan hati
Menghadapi cobaan yang datang bertubi-tubi
Kan ku tepis sekilat mungkin
Wahai cinta yang hakiki
Rindu yang kutautkan setiap sujud panjang
Membuatku tenang akan cahaya-Mu
Wahai cinta yang hakiki
Meski tak kusisakan tangis untuk tegarku
Kerinduan yang amat dahsyat
Telah hinggap di lubuk hati
Perih yang indah kurasakan
Wahai cinta yang hakiki
Ku kan terus berkawan doa
Setia patuhi ucap dan harap-Mu
Karena cinta-Mu seperti berlian yang bermandikan cahaya
Yang amat menakjubkan
Salam rinduku untuk-Mu Allah...
INDAH-NYA CIPTAAN-MU
Oleh R.A.G Tunjung Dewi
Begitu Agung-Nya diri-Mu menciptakan dunia
Dimana dapat merasakan keindahannya
Keindahan yang engkau ciptakan agar kita dapat melihat keagunganmu
Keagungan yang begitu sempurna
Pohon pohon dan bunga tertata rapi ditaman
Begitupun....
Gunung gunung yang menjulang tinggi menembus cakrawala
Hutan hutan yang kaya akan alam
Tumbuhan padi yang menghijau
Berhamparan disawah dan diladang
Sayur sayuran yang menghijau dikebun
Petani petaninya pun gembira
Menuai tumbuh tumbuhannya
Air terjun yang jauh dihutan
Begitu indah melewati sungai
Sungai yang jernih
Sehingga indah dipandang mata
SYUKUR
Oleh Sanit Adhy
Kepada Bulan ku lambaikan tangan,..
Telah menemaniku dalam impiku malam ini....
Telah menyelimutiku hingga kuterjaga di ini pagi,....
Kepada Fajar Ku ulurkan tangan,....
Masih mau memberikanku kesempatan di pagi ini menikmati sinarmu,...
Masih ingin Ku merasakah sengatanmu,..
Kepada Sang Khalik Ku ucapkan Syukur,.....
Karena Kau masih memberiku hariMu padaku,...
Karena Kau masih mempercayai aku menikmati udara pagiMu,...
Karena Kau masih menginginkan ku merasakan fajarMu,.......
Hanya syukur yang bisa ku persembahkan,...
Hanya pujian yang bisa ku utarakan,..
Hanya harap yang bisa ku mohonkan,......
Ku terlelap karena bulanMu,..
Ku terjaga karena FajarMu,...
Ku bernapas hanya karena CintaMu,...
Terima kasih, syukur dan harap untukMu Tuhan di pagi ini,........
puisi sahabat
SAHABAT
Oleh Eva Syahyuni
Sobat..
Taukah kamu, berapa lama masa yang kita lewati ??
Aku tak ingin tau..
Karna kamu selamanya bagiku..
Bersama mu...
Tangisku kan terurai menjadi tawa..
Duka ku kan terpecah menjadi bahagia..
Dan air mata yang terlanjur jatuh
Takkan berubah menjadi nestapa.
Dengan mu...
Kepenatan ku tergilas sirna.
Terkadang di satu waktu, prasangka pernah menjauhkan mu dari ku.
Tapi sungguh, sobat....
Amarah takkan bisa bertahan lama di kalbu ku.
Ku sadari, aku terikat jauh kedalam hati mu.
Ingatkah, sobat...
Kita pernah duduk bersama.
Melukis langit dengan impian.
Tentang aku, kamu, dan kehidupan.
UNTUK SAHABAT
Oleh Ajeng Rita N Kyocho
Jalan ini berliku, bgitu pula dgn lubang dan kubangan
Begitukah sahabat ?
Lebih dalam dari keringat
Adalah api semangat
Lebih jauh dari caci maki
Adalah jalan menuju mimpi
Suka duka dengan air mata
Bagai warna yg slalu ada
Kita akan slalu jadi tema
Tema dari lukisan dunia
Perjuangan adalah harta
Jabat erat aku sahabat
Karna jalan akan begitu berat
Makna mu sungguh dalam
Jadi saksi sebuah perjalanan
Sampai kapan ujung perjalanan ini?
Tak perlu kau tanyakan
PERPISAHAN SAHABAT Oleh Tia Rohana
Sinar matahari di ufuk timur
Seiring dari petikan gitar
Yang kau mainkan...
Alunan nada demi nada
Mengikuti lahkah kita berdua
Disambut nyayian burung
Suka dan duka telah dilewati
Semoga kita dapat bersatu
Tak peduli apa kata waktu
Malam kita memang berpisah
Pagi kita berjumpa
Menatap indahnya dunia
Ada pertemuan,perpisahan
Kenapa kau pergi diam-diam
Tanpa memberitahuku
Kau datang tanpa diundang
Kau pergi tanpa diantar
Perasaan yang sudah hancur
Tangis membanjiri wajahku
Semoga kau dan aku bersama
Menjalani kehidupan dunia
Oleh Eva Syahyuni
Sobat..
Taukah kamu, berapa lama masa yang kita lewati ??
Aku tak ingin tau..
Karna kamu selamanya bagiku..
Bersama mu...
Tangisku kan terurai menjadi tawa..
Duka ku kan terpecah menjadi bahagia..
Dan air mata yang terlanjur jatuh
Takkan berubah menjadi nestapa.
Dengan mu...
Kepenatan ku tergilas sirna.
Terkadang di satu waktu, prasangka pernah menjauhkan mu dari ku.
Tapi sungguh, sobat....
Amarah takkan bisa bertahan lama di kalbu ku.
Ku sadari, aku terikat jauh kedalam hati mu.
Ingatkah, sobat...
Kita pernah duduk bersama.
Melukis langit dengan impian.
Tentang aku, kamu, dan kehidupan.
UNTUK SAHABAT
Oleh Ajeng Rita N Kyocho
Jalan ini berliku, bgitu pula dgn lubang dan kubangan
Begitukah sahabat ?
Lebih dalam dari keringat
Adalah api semangat
Lebih jauh dari caci maki
Adalah jalan menuju mimpi
Suka duka dengan air mata
Bagai warna yg slalu ada
Kita akan slalu jadi tema
Tema dari lukisan dunia
Perjuangan adalah harta
Jabat erat aku sahabat
Karna jalan akan begitu berat
Makna mu sungguh dalam
Jadi saksi sebuah perjalanan
Sampai kapan ujung perjalanan ini?
Tak perlu kau tanyakan
PERPISAHAN SAHABAT Oleh Tia Rohana
Sinar matahari di ufuk timur
Seiring dari petikan gitar
Yang kau mainkan...
Alunan nada demi nada
Mengikuti lahkah kita berdua
Disambut nyayian burung
Suka dan duka telah dilewati
Semoga kita dapat bersatu
Tak peduli apa kata waktu
Malam kita memang berpisah
Pagi kita berjumpa
Menatap indahnya dunia
Ada pertemuan,perpisahan
Kenapa kau pergi diam-diam
Tanpa memberitahuku
Kau datang tanpa diundang
Kau pergi tanpa diantar
Perasaan yang sudah hancur
Tangis membanjiri wajahku
Semoga kau dan aku bersama
Menjalani kehidupan dunia
Jumat, 24 Juni 2016
Puisi Cinta
DARIKU
Oleh Arisaturrosikha
Lama kau pendam
Rasa itu dihati terdalam
Jangan kau jadikan sebagai dendam
Sesuatu yang kau idam(kan)
Bila memang kini masih kau rasakan
Ku mohon sekarang kau hilangkan
Hilang dan musnahkan
Musnah dari ingatan
Saat ini belum tepat waktu
Untuk menjalani hal itu
Sesuatu yang membuatku
Binggung akan jalannya waktu
Apa sebabnya kau begitu
Memaksakan tersiksanya dirimu
Bila memang begitulah dirimu
Ku minta kau merubah itu
Danku pun tak ingin terjerat
Dalam terkuaknya hasrat
Hasrat yang membuat
Dirimu dan aku tersesat
AKU DAN KAMU
Oleh Yunisa Putri
Aku mencintaimu meski dalam diam...
Ada rasa yang tak kan mampu ku ucap...
Berbisik dalam rindu yang terlarang...
Atau sekedar berharap dalam lamun yang senyap...
Andai kau mencintaiku...
Andai rasa kita memang sama...
Akan kah kau memperjuangkan ku...
Ku harap tidak...
Disini aku diam dalam sepiku...
Melamun dalam sendiri...
Sepi...
Kadang ku ingin berteriak dalam pekat...
Siapa aku dan siapa kamu saat ini...
Sekedar rasa yang tak kan pernah ku rasa ada..
Cinta besar dalam harap...
Namun semu dan hanya akan palsu...
Apa kau mencintaiku?
Apa aku mencintaimu?
Entahlah...
Namun yang pasti kita saling menjaga...
Apa ini cinta terlarang...
Apa ini rasa yang salah...
Saling mencintai namun tak kan pernah saling menemani...
Cinta...
Aku dan kamu apa saat ini.?
Rasa yang hidup, layu dan hanya akan mati...
Aku dan kamu...
Aku dan cinta ini...
Yang aku hanya akan aku...
Dan kamu hanya akan kamu...
Takkan pernah menjadi kita...
Kita saling merasa...
Kita saling ada dalam harap...
Bersemaya dan tertawa...
Redupkan hati dan biarkannya mati...
Dari kejolak cinta....
Dan amarah yang pernah membara...
Kita diam dalam sepi...
Kita cinta dalam abadi...
Tak untuk memiliki...
Dan tak untuk saling memeluki...
Aku dan kamu...
Cinta dan rasa...
Ada namun tak kan pernah ada...
Untuk rasa ini...
Biar hanya aku...
Kamu...
Dan sang maha cinta yang tahu...
CINTA
Oleh Andhy Coyss
Cinta..
Hadirmu tak terduga
Menjadi takdir setiap manusia untuk kau datangi
Cinta..
Kau hanyalah sebuah rasa
Yang hadir di hati
Yang memaksa setiap insan untuk memenuhi keinginanmu
Cinta..
Aku sungguh tak berdaya melawanmu
Disaat aku ingin menjauhimu
Kau malah semakin dekat
Cinta..
Aku percaya kesucianmu dan kesejatianmu
Pertemukanlah aku dengan seseorang yang pantas untukku
Demi memenuhi takdirku.
Cinta..
Kehadiranmu dihatiku adalah anugerah dari sang penciptamu.
Pertemukan aku dengan cinta sejatiku.
Oleh Arisaturrosikha
Lama kau pendam
Rasa itu dihati terdalam
Jangan kau jadikan sebagai dendam
Sesuatu yang kau idam(kan)
Bila memang kini masih kau rasakan
Ku mohon sekarang kau hilangkan
Hilang dan musnahkan
Musnah dari ingatan
Saat ini belum tepat waktu
Untuk menjalani hal itu
Sesuatu yang membuatku
Binggung akan jalannya waktu
Apa sebabnya kau begitu
Memaksakan tersiksanya dirimu
Bila memang begitulah dirimu
Ku minta kau merubah itu
Danku pun tak ingin terjerat
Dalam terkuaknya hasrat
Hasrat yang membuat
Dirimu dan aku tersesat
AKU DAN KAMU
Oleh Yunisa Putri
Aku mencintaimu meski dalam diam...
Ada rasa yang tak kan mampu ku ucap...
Berbisik dalam rindu yang terlarang...
Atau sekedar berharap dalam lamun yang senyap...
Andai kau mencintaiku...
Andai rasa kita memang sama...
Akan kah kau memperjuangkan ku...
Ku harap tidak...
Disini aku diam dalam sepiku...
Melamun dalam sendiri...
Sepi...
Kadang ku ingin berteriak dalam pekat...
Siapa aku dan siapa kamu saat ini...
Sekedar rasa yang tak kan pernah ku rasa ada..
Cinta besar dalam harap...
Namun semu dan hanya akan palsu...
Apa kau mencintaiku?
Apa aku mencintaimu?
Entahlah...
Namun yang pasti kita saling menjaga...
Apa ini cinta terlarang...
Apa ini rasa yang salah...
Saling mencintai namun tak kan pernah saling menemani...
Cinta...
Aku dan kamu apa saat ini.?
Rasa yang hidup, layu dan hanya akan mati...
Aku dan kamu...
Aku dan cinta ini...
Yang aku hanya akan aku...
Dan kamu hanya akan kamu...
Takkan pernah menjadi kita...
Kita saling merasa...
Kita saling ada dalam harap...
Bersemaya dan tertawa...
Redupkan hati dan biarkannya mati...
Dari kejolak cinta....
Dan amarah yang pernah membara...
Kita diam dalam sepi...
Kita cinta dalam abadi...
Tak untuk memiliki...
Dan tak untuk saling memeluki...
Aku dan kamu...
Cinta dan rasa...
Ada namun tak kan pernah ada...
Untuk rasa ini...
Biar hanya aku...
Kamu...
Dan sang maha cinta yang tahu...
CINTA
Oleh Andhy Coyss
Cinta..
Hadirmu tak terduga
Menjadi takdir setiap manusia untuk kau datangi
Cinta..
Kau hanyalah sebuah rasa
Yang hadir di hati
Yang memaksa setiap insan untuk memenuhi keinginanmu
Cinta..
Aku sungguh tak berdaya melawanmu
Disaat aku ingin menjauhimu
Kau malah semakin dekat
Cinta..
Aku percaya kesucianmu dan kesejatianmu
Pertemukanlah aku dengan seseorang yang pantas untukku
Demi memenuhi takdirku.
Cinta..
Kehadiranmu dihatiku adalah anugerah dari sang penciptamu.
Pertemukan aku dengan cinta sejatiku.
Kamis, 23 Juni 2016
Puisi Perjuangan
KAULAH PAHLAWANKU
Oleh Abdullah Ismail
Pada untaian sajak ini aku bercerita
Tentang langkah kaki yang ku hentakan melintasi roda kehidupan
Yang tak mampu ku ungkapkan melalui bahasa kehidupan
Demi waktu ku lewati ke egoisan dunia
Sejenak ku merenung dalam sebuah perjalanan
Akan ku bawa kemanakah kaki ini melangkah
Aku dengan perlahan menelusurinya meski langkah tertatih
Di tengah masalah dunia,di tengah ke egoisan dunia, dan di tengah manusia yang menginkan semua
Sangat jelas ku menatap kerasnya kehidupan
Terdengar pula langkah kaki bercerita
Sampai saat di penghujung perjalanan
Mengisi satu persatu lembaran lembaran kisah kehidupan
Dengan langkah kaki yang semakin tak terarah
Rasa lelah semakin terlihat jelas
Ketika roda kehidupan semakin berputar
Ingin ku berlari mengapai mimpi yang tertinggal
Mengiringi roda kehidupan yang terus berputar
Bukan satu alasan untuk berhenti dalam sebuah perjalanan
Di tengah kerasnya roda kehidupan
PAHLAWANKU
Oleh Dwi Lutfiani
Saat fajar tiba
Ia mulai bersiap - siap
Tangan kiri yang membawa senapan besi
Dan tangan kanan membawa tombak
Tas ransel pun tak ketinggalan
Meninggalkan sanak saudara dan kerabat dekat
Demi bangsa dan negara
Serentak mengelu - elukan sang pencipta
Allahu akbar...
Teriakan para pejuangan yang tak kenal menyerah
Yang menginginkan kemerdekaan
Menumpas habis para penjajah yang tamak akan kekuasaan
Dan membebaskan negara dari prnjajahan
Ayo pahlawanku
Tumpaskan para penjajah dan
Bangunlah indonesia yang sejahtera.
HUJAN
Oleh Retno Ari
Air yang jatuh menyejukan.
Gemuruh petir menakutkan.
Tapi, kita masih bisa tertawa.
Dalam diam. Dalam hening. Dan hidup.
Hujan, angin, awan berteman.
Bertemu dalam satu waktu.
Bersimpuh diruang yang sama.
Dan hidup oleh kekuatan yang tak kentara.
Jangan salahkan hujan kalau mendung menghadang.
Jangan jadikan langit gelap menjadi musibah.
Itu bukan petaka, itu jiwa dari hujan.
Ia datang membawa kedamaian,
biar kau tak lupa kalau riuhpun harus padam.
AYAH
Oleh Berliana Oktafia
Gagah perkasa....
Kasihnya dapat membuatku melayang...
Pengorbanan diberikan demi buah hatinya yang tercinta....
Selalu berjuang ditengah kesesakan...
Tak pernah berkata ""aku lelah""
Tak pernah terlontar ""aku menyerah""
Sekalipun tak pernah....
Dia batu karang yang tegar hidupnya..
Kini dia telah tua dan membungkuk..
Tetapi semangat berkorban tak pernah runtuh..
Hatinya bagai emas yang terus berkilau...
Yang tetap berkilau menerangi keluarganya...
Sekarang....
Duduklah tenang dirumah.....
Kau tinggal menunggu gelar dan profesiku.....
Oleh Abdullah Ismail
Pada untaian sajak ini aku bercerita
Tentang langkah kaki yang ku hentakan melintasi roda kehidupan
Yang tak mampu ku ungkapkan melalui bahasa kehidupan
Demi waktu ku lewati ke egoisan dunia
Sejenak ku merenung dalam sebuah perjalanan
Akan ku bawa kemanakah kaki ini melangkah
Aku dengan perlahan menelusurinya meski langkah tertatih
Di tengah masalah dunia,di tengah ke egoisan dunia, dan di tengah manusia yang menginkan semua
Sangat jelas ku menatap kerasnya kehidupan
Terdengar pula langkah kaki bercerita
Sampai saat di penghujung perjalanan
Mengisi satu persatu lembaran lembaran kisah kehidupan
Dengan langkah kaki yang semakin tak terarah
Rasa lelah semakin terlihat jelas
Ketika roda kehidupan semakin berputar
Ingin ku berlari mengapai mimpi yang tertinggal
Mengiringi roda kehidupan yang terus berputar
Bukan satu alasan untuk berhenti dalam sebuah perjalanan
Di tengah kerasnya roda kehidupan
PAHLAWANKU
Oleh Dwi Lutfiani
Saat fajar tiba
Ia mulai bersiap - siap
Tangan kiri yang membawa senapan besi
Dan tangan kanan membawa tombak
Tas ransel pun tak ketinggalan
Meninggalkan sanak saudara dan kerabat dekat
Demi bangsa dan negara
Serentak mengelu - elukan sang pencipta
Allahu akbar...
Teriakan para pejuangan yang tak kenal menyerah
Yang menginginkan kemerdekaan
Menumpas habis para penjajah yang tamak akan kekuasaan
Dan membebaskan negara dari prnjajahan
Ayo pahlawanku
Tumpaskan para penjajah dan
Bangunlah indonesia yang sejahtera.
HUJAN
Oleh Retno Ari
Air yang jatuh menyejukan.
Gemuruh petir menakutkan.
Tapi, kita masih bisa tertawa.
Dalam diam. Dalam hening. Dan hidup.
Hujan, angin, awan berteman.
Bertemu dalam satu waktu.
Bersimpuh diruang yang sama.
Dan hidup oleh kekuatan yang tak kentara.
Jangan salahkan hujan kalau mendung menghadang.
Jangan jadikan langit gelap menjadi musibah.
Itu bukan petaka, itu jiwa dari hujan.
Ia datang membawa kedamaian,
biar kau tak lupa kalau riuhpun harus padam.
AYAH
Oleh Berliana Oktafia
Gagah perkasa....
Kasihnya dapat membuatku melayang...
Pengorbanan diberikan demi buah hatinya yang tercinta....
Selalu berjuang ditengah kesesakan...
Tak pernah berkata ""aku lelah""
Tak pernah terlontar ""aku menyerah""
Sekalipun tak pernah....
Dia batu karang yang tegar hidupnya..
Kini dia telah tua dan membungkuk..
Tetapi semangat berkorban tak pernah runtuh..
Hatinya bagai emas yang terus berkilau...
Yang tetap berkilau menerangi keluarganya...
Sekarang....
Duduklah tenang dirumah.....
Kau tinggal menunggu gelar dan profesiku.....
Puisi Perpisahan
UNTUK PERPISAHAN
Oleh Miftahul Hanifah Qohar
Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu
Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani
Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku
Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan
Oleh Miftahul Hanifah Qohar
Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu
Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani
Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku
Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan
PERPISAHAN SAHABAT
Oleh Kharidah Is'ad
Sesunyi malam yang bertabur bintang
Seindah alunan gitar yang kau mainkan
Semua kenangan ini takkan pernah kulupakan
Saat kita tertawa bersama
Suka duka telah kita lewati
Aku sangat bahagia telah mengenalmu
Kau selalu mengerti perasaanku
Aku ingin selalu bersamamu
Namun, waktu berkata lain
Kau pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya
Tangisku mengiringi kepergianmu
Andai aku tahu kapan saat kau pergi
Aku akan menghabiskan waktu terakhirku bersamamu
Sahabat…
Aku akan selalu merindukanmu
Selamat jalan sahabatku
Oleh Kharidah Is'ad
Sesunyi malam yang bertabur bintang
Seindah alunan gitar yang kau mainkan
Semua kenangan ini takkan pernah kulupakan
Saat kita tertawa bersama
Suka duka telah kita lewati
Aku sangat bahagia telah mengenalmu
Kau selalu mengerti perasaanku
Aku ingin selalu bersamamu
Namun, waktu berkata lain
Kau pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya
Tangisku mengiringi kepergianmu
Andai aku tahu kapan saat kau pergi
Aku akan menghabiskan waktu terakhirku bersamamu
Sahabat…
Aku akan selalu merindukanmu
Selamat jalan sahabatku
PERPISAHAN
Oleh Rizky Gana Sentika
Hari demi hari berlalu
Dan bulan demi bulan pun berlalu
Sebentar lagi kau akan pergi ,
Pergi meninggalkan aku
Terpaksa kau pergi
Karena suatu keadaan,
Keadaan yang harus
Memisahkan kita berdua
Walau kau jauh disana
Aku mohon kenanglah
Kenangan-kenangan
Saat kita selalu bersama dulu
Kini canda tawamu
Telah tiada ,yang ada hanya
Goresan luka di hatiku
Karena kau sudah tak di sampingku
Oleh Rizky Gana Sentika
Hari demi hari berlalu
Dan bulan demi bulan pun berlalu
Sebentar lagi kau akan pergi ,
Pergi meninggalkan aku
Terpaksa kau pergi
Karena suatu keadaan,
Keadaan yang harus
Memisahkan kita berdua
Walau kau jauh disana
Aku mohon kenanglah
Kenangan-kenangan
Saat kita selalu bersama dulu
Kini canda tawamu
Telah tiada ,yang ada hanya
Goresan luka di hatiku
Karena kau sudah tak di sampingku
SELAMAT TINGGAL
Oleh Siti Nurningsih
Detik-detik waktu mulai berkata
Tik! Tik! Tik!
Bertanda ku akan menghilang
Pelukan erat mulai menyapa
Tangisan haru mulai meraung
Kata-kata perpisahan mulai terucap
Kata-kata cinta mulai terdengar
Ku percepat langkah kakiku
Untuk menyusuri ibuku
Sedangkan mereka masih di sini
Lambaian tangan mulai terangkat
Ku langkahkan kaki ku
Tuk terakhir di Selat
Wajah menatap dengan duka
Senyum manis mulai hilang
Janji-janji suci mulai berkata
Akankah aku akan kembali tuk mereka?
Tidak! Tidak!
Benih-benih cinta kan selalu tersimpan dihati
Sayang,
Selamat tinggal
Kawan!
Selamat tinggal
Selamat tinggal semuanya
Oleh Siti Nurningsih
Detik-detik waktu mulai berkata
Tik! Tik! Tik!
Bertanda ku akan menghilang
Pelukan erat mulai menyapa
Tangisan haru mulai meraung
Kata-kata perpisahan mulai terucap
Kata-kata cinta mulai terdengar
Ku percepat langkah kakiku
Untuk menyusuri ibuku
Sedangkan mereka masih di sini
Lambaian tangan mulai terangkat
Ku langkahkan kaki ku
Tuk terakhir di Selat
Wajah menatap dengan duka
Senyum manis mulai hilang
Janji-janji suci mulai berkata
Akankah aku akan kembali tuk mereka?
Tidak! Tidak!
Benih-benih cinta kan selalu tersimpan dihati
Sayang,
Selamat tinggal
Kawan!
Selamat tinggal
Selamat tinggal semuanya
Puisi Chairil Anwar
AKU BERKACA
Oleh Chairil Anwar
Ini muka penuh luka
Siapa punya ?
Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah.......!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .............!!
Selamat tinggal ................!
Dari: Deru Campur Debu
MAJU
Oleh Chairil Anwar
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Februari 1943
RUMAHKU
Oleh Chairil Anwar
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak
Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
jika menagih yang satu
April 1943
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat Sri Ajati
Oleh Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
AKU BERADA KEMBALI
Oleh Chairil Anwar
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
1949
Oleh Chairil Anwar
Ini muka penuh luka
Siapa punya ?
Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah.......!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal .............!!
Selamat tinggal ................!
Dari: Deru Campur Debu
MAJU
Oleh Chairil Anwar
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Februari 1943
RUMAHKU
Oleh Chairil Anwar
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak
Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
jika menagih yang satu
April 1943
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Buat Sri Ajati
Oleh Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
1946
AKU BERADA KEMBALI
Oleh Chairil Anwar
Aku berada kembali. Banyak yang asing:
air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;
rasa laut telah berubah dan kupunya wajah
juga disinari matari lain.
Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.
Telinga kiri masih terpaling
ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh
1949
Langganan:
Postingan (Atom)