KAULAH PAHLAWANKU
Oleh Abdullah Ismail
Pada untaian sajak ini aku bercerita
Tentang langkah kaki yang ku hentakan melintasi roda kehidupan
Yang tak mampu ku ungkapkan melalui bahasa kehidupan
Demi waktu ku lewati ke egoisan dunia
Sejenak ku merenung dalam sebuah perjalanan
Akan ku bawa kemanakah kaki ini melangkah
Aku dengan perlahan menelusurinya meski langkah tertatih
Di tengah masalah dunia,di tengah ke egoisan dunia, dan di tengah manusia yang menginkan semua
Sangat jelas ku menatap kerasnya kehidupan
Terdengar pula langkah kaki bercerita
Sampai saat di penghujung perjalanan
Mengisi satu persatu lembaran lembaran kisah kehidupan
Dengan langkah kaki yang semakin tak terarah
Rasa lelah semakin terlihat jelas
Ketika roda kehidupan semakin berputar
Ingin ku berlari mengapai mimpi yang tertinggal
Mengiringi roda kehidupan yang terus berputar
Bukan satu alasan untuk berhenti dalam sebuah perjalanan
Di tengah kerasnya roda kehidupan
PAHLAWANKU
Oleh Dwi Lutfiani
Saat fajar tiba
Ia mulai bersiap - siap
Tangan kiri yang membawa senapan besi
Dan tangan kanan membawa tombak
Tas ransel pun tak ketinggalan
Meninggalkan sanak saudara dan kerabat dekat
Demi bangsa dan negara
Serentak mengelu - elukan sang pencipta
Allahu akbar...
Teriakan para pejuangan yang tak kenal menyerah
Yang menginginkan kemerdekaan
Menumpas habis para penjajah yang tamak akan kekuasaan
Dan membebaskan negara dari prnjajahan
Ayo pahlawanku
Tumpaskan para penjajah dan
Bangunlah indonesia yang sejahtera.
HUJAN
Oleh Retno Ari
Air yang jatuh menyejukan.
Gemuruh petir menakutkan.
Tapi, kita masih bisa tertawa.
Dalam diam. Dalam hening. Dan hidup.
Hujan, angin, awan berteman.
Bertemu dalam satu waktu.
Bersimpuh diruang yang sama.
Dan hidup oleh kekuatan yang tak kentara.
Jangan salahkan hujan kalau mendung menghadang.
Jangan jadikan langit gelap menjadi musibah.
Itu bukan petaka, itu jiwa dari hujan.
Ia datang membawa kedamaian,
biar kau tak lupa kalau riuhpun harus padam.
AYAH
Oleh Berliana Oktafia
Gagah perkasa....
Kasihnya dapat membuatku melayang...
Pengorbanan diberikan demi buah hatinya yang tercinta....
Selalu berjuang ditengah kesesakan...
Tak pernah berkata ""aku lelah""
Tak pernah terlontar ""aku menyerah""
Sekalipun tak pernah....
Dia batu karang yang tegar hidupnya..
Kini dia telah tua dan membungkuk..
Tetapi semangat berkorban tak pernah runtuh..
Hatinya bagai emas yang terus berkilau...
Yang tetap berkilau menerangi keluarganya...
Sekarang....
Duduklah tenang dirumah.....
Kau tinggal menunggu gelar dan profesiku.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar